WHO Temukan Obat Batuk Beracun Berasal Dari India

WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menyampaikan telah menemukan sejumlah obat sirup batuk berbahaya atau obat batuk beracun produksi India yang diedarkan di Mikronesia dan Marshall.

WHO Temukan Obat Batuk Beracun Berasal Dari India
WHO Temukan Obat Batuk Beracun Berasal Dari India. Gambar : WHO

BaperaNews - WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) menyampaikan telah menemukan sejumlah obat sirup batuk berbahaya atau obat batuk beracun produksi India yang diedarkan di Mikronesia dan Marshall.

WHO telah menguji salah satunya yang bermerk Guaifenesin TG buatan OP Pharmachem LTD Punjab dimana diketahui di dalamnya mengandung kadar dietilen glikol dan etilen glikol yang tak bisa diterima. Kedua senyawa tersebut berbahaya dan beracun untuk manusia, bisa berakibat fatal jika dikonsumsi.

WHO belum merilis informasi lanjutan dampak apa yang dirasakan pasien yang meminum obat batuk beracun tersebut. WHO memberi peringatan untuk India usai ditemukan kasus kematian anak-anak di India usai minum obat batuk beracun. Kematian anak-anak juga ditemukan di Uzbekistan dan Gambia.

Obat sirup lain yang juga dinyatakan berbahaya oleh WHO ialah buatan Trilium Pharma. India selama ini memang menjadi salah satu negara pengekspor obat generik terbesar di dunia untuk memenuhi kebutuhan medis di berbagai negara. 

Baca Juga : WHO Harap Status Pandemi Covid-19 Bisa Dicabut Akhir Tahun Ini

Kasus obat batuk beracun ini tidak hanya terjadi sekali, sebelumnya pada Maret 2023 India membatalkan lisensi produk obat dari sebuah perusahaan yang menyebabkan kematian 18 anak di Uzbekistan, Oktober 2022 terjadi kematian pada 66 anak akibat gagal ginjal di Gambia usai minum obat buatan Maiden Pharmaceuticals India, juga di awal April 2023 ini ditemukan obat tetes mata asal India yang menyebabkan tiga kematian dan infeksi serius di Amerika Serikat yang obatnya telah dipastikan melanggar norma keamanan.

Tanggapan Produsen

Direktur Pelaksana OP Pharmachem Sudhir Pathak menyebut perusahaan memang sudah mengekspor 18.346 botol sirup obat batuk yang dimaksud WHO ke Kamboja, namun telah dilakukan sesuai regulasi dan ijin. Sudhir tidak tahu bagaimana obat bisa sampai ke Marshall dan Mikronesia.

“Kami tidak mengirim botol itu ke Pasific dan mereka tidak disertifikasi untuk dipakai disana. Kami tidak tahu kondisi apa yang membuat obat botol ini sampai ke Marshall dan Mikronesia” tutur Sudhir Sambil menekankan bahwa perusahaannya telah mengirim surat hukum kepada perusahaan Kamboja yang menerima obatnya.

Sudhir memastikan obat yang dibuat perusahaannya telah sesuai dengan uji regulator berbasis Australia yakni oleh Therapeutic Goods Administration dimana obat bisa dipakai untuk meredakan gejala dada sesak akibat gejala batuk.

Sementara dari pihak Trilium Pharma menyebut “baik produsen maupun penjual tidak memberi jaminan kepada WHO atas keamanan maupun kualitas dari produk ini”.

Baca Juga : Jepang Menjadi Negara Dengan Resesi Seks Terparah di Asia!