Miris! Ibu di Gaza Lahirkan Bayi Tanpa Obat Pereda Nyeri

Seorang ibu di Gaza melahirkan bayi tanpa obat pereda nyeri. Simak selengkapnya!

Miris! Ibu di Gaza Lahirkan Bayi Tanpa Obat Pereda Nyeri
Miris! Ibu di Gaza Lahirkan Bayi Tanpa Obat Pereda Nyeri. Gambar : Dok.TribunMedan.com

BaperaNews - Perang antara Hamas dan Israel terus menimbulkan dampak cukup parah, terutama bagi warga sipil, termasuk anak-anak dan perempuan.

Hujan bom serangan dari Israel tidak hanya merusak bangunan, tetapi juga menyisakan kekejaman, seperti yang dialami oleh Kefaia Abu Asser, seorang ibu muda asal Gaza utara.

Kefaia, yang baru saja melahirkan bayinya yang berusia empat hari, harus mengungsi ke penampungan sekolah yang dikelola oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Rafah, Gaza Selatan. Di tengah kondisi yang sulit, bayinya belum mendapatkan nama karena dampak langsung dari perang tersebut.

Ia bercerita kepada jurnalis lepas BBC dengan wajah stres dan kelelahan, menjelaskan betapa sulitnya menjadi seorang ibu untuk pertama kalinya di tengah traumatisnya situasi perang.

Kefaia, yang berusia 24 tahun, memutuskan untuk meninggalkan rumahnya bersama keluarganya setelah serangan militer Israel memaksa warga sipil pindah ke selatan Jalur Gaza demi keselamatan.

Baca Juga : Usai Ditembak, Tentara Israel Lindas Tubuh Warga Palestina Pake Buldoser

"Awalnya kami pergi ke Kamp Nuseirat. Tapi ada bom di dekat kami. Saya melihat mayat-mayat yang terkoyak. Itu sangat sulit. Itu sangat berbahaya bagi bayi saya yang belum lahir. Saya selalu merasa takut," ungkapnya.

Kefaia dan keluarganya adalah bagian dari ratusan ribu orang yang memilih meninggalkan Gaza utara. Mereka harus berjalan jauh dengan rasa takut akan serangan bom Israel.

Meski akhirnya tiba di Rumah Sakit Kuwait di kota Rafah, bangsal persalinannya sudah ditutup, dan Kefaia dipindahkan ke Rumah Sakit Emirat terdekat. Keadaan semakin sulit karena kelangkaan obat pereda nyeri.

"Ini sangat sulit karena jumlah perempuan yang melahirkan sangat banyak. Mereka datang dari seluruh penjuru Gaza, dari utara ke selatan dan di mana pun di antaranya. Ada kekurangan obat penghilang rasa sakit. Jadi mereka hanya memberikannya jika rasa sakitnya benar-benar tak tertahankan dan hanya diberikan kepada mereka yang paling membutuhkan," ungkap Kefaia dengan penuh kesedihan.

Baca Juga : Jokowi dan Mahmoud Abbas Bertemu: Komitmen Indonesia Mendukung Kemerdekaan Palestina