Tanah Lot Bali Alami Keretakan Struktur Tebing, Pengunjung Dibatasi

Pura Batu Bolong di Tanah Lot Bali mengalami retakan di tebing, sehingga pengelola membatasi jumlah wisatawan untuk menjaga keamanan.

Tanah Lot Bali Alami Keretakan Struktur Tebing, Pengunjung Dibatasi
Tanah Lot Bali Alami Keretakan Struktur Tebing, Pengunjung Dibatasi. Gambar : Unsplash/Dok. Nick Fewings

BaperaNews - Tanah Lot di Bali retak di 10 titik. Pihak pengelola memastikan akan dibatasi jumlah wisatawan yang datang demi keamanan wisatawan dan menjaga lingkungan.

Tanah Lot Bali ialah salah satu wisata ikonik di Bali, kini kawasan tersebut mengalami retak di struktur tebingnya, wisatawan harus dibatasi akibat degradasi tersebut.

Pengempon dan Manajemen Daya Tarik Wisata Pura Luhur Tanah Lot Tabanan, Bali telah membuat kebijakan membatasi jumlah wisatawan yang masuk ke Pura Batu Bolong.

Pembatasan jumlah wisatawan dilakukan karena adanya keretakan di tebing yang menjadi lokasi Pura Batu Bolong tepatnya di barat Pura Luhur Tanah Lot. Total ada 10 titik keretakan yang ditemukan.

“Kami akan memasang pagar pembatas agar wisatawan hanya bisa beraktifitas di sekitar luar atau jaba Pura untuk mengatasi Tanah Lot di Bali retak” kata Manajer DTW Tanah Lot I Wayan Sudiana pada Selasa (17/7).

Posisi keretakan berada di dekat akses masuk Pura Batu bolong. Memang tebing tersebut memiliki lubang di bagian tengah sehingga dinamai Pura Batu Bolong. Namun baru-baru ini Balai Wilayah Sungai Nasional Bali Penida menemukan keretakan lebih di tebing yang jumlahnya mencapai 10 titik keretakan. 

Baca Juga : Bermodus Jasa Hapus Foto Bugil, Wanita di Bali Diperkosa

Tanah Lot di Bali retak di bagian tebing sebenarnya sudah ditemukan sejak 4 tahun lalu, keretakan terpanjang ialah 20 meter. Sejak itu, pihak pengelola dan pengempon melakukan perbaikan dengan menambal pasir dan batu padas. Namun perbaikan hanya bersifat sementara, muncul kembali keretakannya.

Keretakan dikhawatirkan menyebabkan tanah longsor. Maka yang terbaik ialah membatasi jumlah wisatawan termasuk jumlah warga yang beribadah disana.

“Saat ini kami sudah membuat pagar dari besi dan kayu agar wilayah yang retak aman” pungkas Sudiana.

Pagar dipasang agar wisatawan paham area mana yang boleh dan tidak boleh diakses. Jika kawasan yang retak terus ramai wisatawan, dikhawatirkan keretakan makin membesar dan beresiko longsor. Pengelola akan berkoordinasi dengan dinas terkait untuk menemukan solusi terbaik.

Melakukan perbaikan total atau langkah lain agar keretakan yang terjadi bisa mencegah bahaya bagi lingkungan maupun bagi wisatawan yang datang. Diharapkan wisatawan juga mematuhi kebijakan tersebut demi keamanan dan menjaga lingkungan.

Baca Juga : Mulai 2024, Wisatawan Asing yang Masuk Bali Wajib Bayar Rp 150 Ribu