Polusi Udara Jakarta Makin Parah, BNBP Akan Buat Rekayasa Hujan

Indeks kualitas udara di Jakarta mencapai tingkat kritis. Pelajari bagaimana Teknologi Rekayasa Hujan (TMC) berpotensi mengurangi polusi dan meningkatkan lingkungan.

Polusi Udara Jakarta Makin Parah, BNBP Akan Buat Rekayasa Hujan
BNBP akan buat hujan rekayasa untuk kurangi polusi udara di Jakarta. Gambar : Kompas.com/Aisyah Sekar Ayu Maharani

BaperaNews - DKI Jakarta kini menduduki peringkat ketiga sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Untuk mengatasi kondisi ini, pemerintah telah menerapkan Teknologi Rekayasa Hujan (TMC) sebagai salah satu upaya pencegahan polusi udara.

Berdasarkan data terbaru IQAir, nilai indeks kualitas udara di Jakarta mencapai 163 dengan dominasi polutan PM 2.5, sebuah fakta yang membuktikan bahwa polusi udara Jakarta sudah mencapai level kritis.

Bahkan, konsentrasi PM 2.5 di Jakarta telah melebihi standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebanyak 15,6 kali lipat.

Namun, bukan berarti Pemerintah tinggal diam. Dalam upaya pencegahan polusi udara dan memperbaiki kualitas udara, Pemerintah, melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah menerapkan Teknologi Rekayasa Hujan (TMC). 

Baca Juga : Walkot Tangerang Usul ASN Naik Transportasi Umum untuk Atasi Polusi

Metode TMC tanpa hujan ini melibatkan penggunaan dry ice (es kering) yang ditaburkan di ketinggian tertentu di atmosfer. Dengan menargetkan "mengganggu" stabilitas atmosfer, teknologi ini memungkinkan polutan udara untuk naik lebih tinggi, mengurangi polusi di permukaan.

Budi Harsoyo, Koordinator Laboratorium TMC BRIN, menjelaskan bahwa prinsip utama dari metode ini adalah mengekspos polusi ke ketinggian di mana udara lebih bersih dan dingin, memungkinkan polusi untuk tersebar dan berkurang di permukaan bumi. Namun, metode ini memerlukan persiapan matang dan saat ini masih dalam tahap pengembangan.

Dari sisi lain, kolaborasi antara BRIN, BNPB, BMKG, dan TNI AU telah melaksanakan operasi Rekayasa Hujan (TMC) lainnya yaitu dengan menebar garam dan kapur tohor di atas awan potensial selama tiga hari, dari 19 hingga 21 Agustus 2023.

Sayangnya, meskipun telah terjadi hujan di beberapa wilayah seperti Bogor, Depok, dan Tangerang Selatan, Jakarta belum mendapatkan hujan dari operasi tersebut.

Polusi udara di Jakarta bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga masalah kesehatan masyarakat. Dengan kondisi tersebut, IQAir merekomendasikan masyarakat Jakarta untuk lebih proaktif melindungi diri.

Lindungi diri Anda dan keluarga dari dampak polusi udara! Gunakan masker, pasang penyaring udara di rumah, dan batasi aktivitas di luar ruangan saat indeks kualitas udara mencapai level berbahaya.

Kita semua berharap dengan berbagai upaya pencegahan polusi udara yang dilakukan pemerintah dan kesadaran masyarakat akan bahaya Rekayasa Hujan (TMC) Jakarta, kualitas udara di Jakarta dapat membaik dalam waktu dekat. Kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat sangat penting dalam upaya bersama melawan polusi di Jakarta. 

Baca Juga : Demi Kurangi Polusi di Jakarta, Menhub Pertimbangkan Sistem 4 In 1