DP3AKB Balikpapan Sebut 700 Ibu Hamil Berpotensi Lahirkan Anak Stunting

Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Balikpapan menyebut 700 ibu hamil di wilayahnya berpotensi melahirkan anak stunting.

DP3AKB Balikpapan Sebut 700 Ibu Hamil Berpotensi Lahirkan Anak Stunting
DP3AKB Balikpapan Sebut 700 Ibu Hamil Berpotensi Lahirkan Anak Stunting. Gambar : Tribunkaltim.com/Dwi Ardianto

BaperaNews - Angka stunting di Balikpapan, Kalimantan Timur menjadi perhatian nasional. Tahun 2022, angka stunting naik 19% dibanding angka tahun 2021 sebesar 17%. Tahun 2023 ini berpotensi meningkat lagi karena pola makan orang tua dan pola asuh yang dilakukan pada bayi.

Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Balikpapan menyebut 700 ibu hamil di wilayahnya berpotensi melahirkan anak stunting. Hal ini diketahui dari data pemeriksaan rutin di Puskesmas setempat.

“Ada 700an ibu hamil kekurangan energi kronis, itu yang beresiko melahirkan anak stunting. Kondisi ini ialah pada ibu hamil dengan lingkar lengan di bawah 23 cm, kondisi kehamilannya kurang bagus, bayinya pun kurang bagus. Ini perlu diintervensi supaya bisa tercukupi gizi mereka” tutur Kepala DP3AKB Balikpapan Alwiati hari Jumat (31/3).

Kondisi ini diperkirakan terjadi karena kurangnya pemahaman ibu hamil tentang cara melahirkan anak yang sehat bebas dari stunting dan pola asuh orang tuanya. Pemerintah berusaha menekan angka stunting dari hulu ke hilir, salah satunya dengan memantau kesehatan calon pengantin dan ketika masa hamil. 

Baca Juga : Salah Satu Faktor Tidak Stunting Walau Kurang Gizi

“Kami mulai harus dari hulu, sejak dia remaja, kemudian jadi calon pengantin, dan ketika dia hamil. Hamil itu kan 9 bulan, pemerintah memang ga mungkin bisa mencukupi kebutuhan gizi semua ibu hamil selama 9 bulan” lanjutnya.

Pihaknya menyebut dalam rangka mencegah 700 ibu hamil lahirkan anak stunting kini sedang mensosialisasikan program pemberian 1 butir telur untuk ibu hamil dan balita per hari. Alwi berharap ibu hamil bisa mencukupi gizinya sendiri, tidak bergantung pada pemerintah, harus punya kesadaran untuk hidup sehat dan makan makanan bergizi.

“Kalau dikasih telur rebus terus susah, pemerintah sampai kapan punya duit, harus dari ibu hamilnya untuk dirinya sendiri, jangan sampai bergantung pada pemerintah” sambungnya.

Memang salah satu faktor penyebab stunting ialah pola asuh dan ekonomi. Makanan bergizi harus dibeli dengan uang. Alwi menyebut hal ini bisa diatasi, misalnya dengan budidaya ikan lele sendiri di ember yang prosesnya mudah untuk kemudian dimakan sendiri ikannya sebagai tambahan gizi untuk ibu hamil dan balita agar terhindar dari stunting.

“Dulu ada program budidaya lele di ember, itu kan gampang ya, dan saat itu angka stunting bisa ditekan karena protein dari ikan lele ini sangat bagus untuk mencegah stunting, tapi sejak covid 19 sudah tidak jalan lagi.

Tahun 2024 kami targetnya bisa turunkan angka stunting nasional sampai 14%, artinya harus turun 5% dari angka saat ini” pungkas Alwi.

Baca Juga : Dinkes Jabar Akan Beri Vaksin Polio Untuk Balita, Targetkan 3,9 Juta Balita