BKKBN Beberkan Banyak Remaja RI yang Lakukan Hubungan Seks Pranikah

Kepala BKKBN, dr. Hasto Wardoyo, mengungkapkan keprihatinannya terhadap meningkatnya kasus hubungan seks pranikah di kalangan remaja Indonesia. Simak selengkapnya di sini!

BKKBN Beberkan Banyak Remaja RI yang Lakukan Hubungan Seks Pranikah
BKKBN Beberkan Banyak Remaja RI yang Lakukan Hubungan Seks Pranikah. Gambar : Ilustrasi Canva by Zeinab Ghassemi

BaperaNews - Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dr. Hasto Wardoyo, mengungkapkan perhatiannya terhadap fenomena hubungan seks pranikah yang semakin meningkat di kalangan remaja di Indonesia.

Menurutnya, data menunjukkan bahwa rata-rata umur melakukan hubungan seksual pada remaja, khususnya di rentang usia 15-19 tahun, mengalami peningkatan yang signifikan.

Dalam pernyataannya pada Senin (11/3), Hasto menyebutkan bahwa persentase perempuan usia 15-19 tahun yang terlibat dalam hubungan seksual mencapai 59 persen, sementara pada laki-laki berada di angka 74 persen. Hal ini menjadi perhatian serius karena berdampak pada risiko kesehatan dan sosial yang mungkin dihadapi oleh para remaja.

Menurut Hasto, kekhawatiran akan bahaya yang mungkin timbul dari hubungan seks pranikah sangatlah beralasan. Belum cukupnya pengetahuan tentang seksualitas dan kurangnya pemahaman tentang kontrasepsi dapat meningkatkan risiko penularan penyakit menular seksual (PMS) dan kehamilan tidak diinginkan pada usia yang sangat muda.

Baca Juga: Enggan Menikah, Angka Pernikahan di Indonesia Capai Titik Terendah

Selain itu, Hasto juga menyoroti penurunan angka pernikahan yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir di Indonesia. Ia menyebutkan bahwa perbedaan tujuan menikah antara laki-laki dan perempuan menjadi salah satu penyebabnya.

Menurutnya, kecenderungan wanita menikah lebih karena tujuan keamanan, sementara laki-laki lebih cenderung menikah untuk tujuan prokreasi atau rekreasi.

Hal ini juga tercermin dalam data yang menunjukkan pergeseran usia perempuan Indonesia untuk menikah dari sebelumnya 20 tahun menjadi 22,3 tahun. Meskipun terjadi peningkatan usia pernikahan, hal ini juga memicu risiko stunting pada anak, terutama jika ibu melahirkan pada usia yang lebih tua, yaitu di atas 35 tahun.

BKKBN menganggap penting untuk terus melakukan edukasi seksual kepada remaja guna meningkatkan pemahaman tentang kesehatan reproduksi dan mengurangi angka hubungan seks pranikah. Dengan pemahaman yang lebih baik, diharapkan remaja dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana terkait dengan kesehatan dan masa depan mereka.

Baca Juga: Resesi Seks di China Kritis, Warga Pilih Pacaran Sama Robot AI