Fakta-Fakta Miris Industri Film Porno Jepang JAV yang Jarang Diketahui

Industri film porno Jepang, dikenal sebagai JAV, menghadapi fakta-fakta yang jarang diketahui, termasuk perdagangan perempuan dan pelecehan.

Fakta-Fakta Miris Industri Film Porno Jepang JAV yang Jarang Diketahui
Fakta-Fakta Miris Industri Film Porno Jepang JAV yang Jarang Diketahui. Gambar : unsplash.com/Dok. Alex Knight

BaperaNews - Industri film porno Jepang atau yang dikenal sebagai JAV menyimpan fakta-fakta miris yang mungkin jarang diketahui oleh publik. Meski terkenal di seluruh dunia, industri bokep ini ternyata melibatkan perdagangan perempuan, eksploitasi, dan sejumlah masalah serius lainnya.

Sejumlah wanita direkrut dengan cara yang menyesatkan dan dipaksa untuk berakting dalam video porno. Pelecehan, stigma sosial, stres, dan risiko penyakit menular seksual juga menjadi bagian dari bayang-bayang kelam di industri pembuatan film bokep ini. Penyelewengan ini merugikan banyak pemeran, namun juga menyumbang pendapatan signifikan ke pemerintah Jepang.

Fakta-Fakta Miris Industri Film Porno Jepang JAV:

1. Maraknya Perdagangan Perempuan

Sejumlah wanita yang direkrut dalam industri film porno Jepang sering kali awalnya ditawari pekerjaan sebagai model atau aktris. Namun, realitas yang mereka hadapi sangat berbeda. Para wanita ini didekati dengan janji-janji palsu dan akhirnya terjebak dalam industri ini.

"Ketika mereka datang ke lokasi, mereka diberi naskah porno dan disuruh untuk beraksi dalam film porno," ujar Shihoko Fujiwara dari Lighthouse, sebuah organisasi yang mendukung korban perdagangan manusia.

Dalam banyak kasus, ketika wanita mencoba melarikan diri, mereka dipenjara dan ditahan paksa di kamar hotel atau tempat terpencil lainnya. Keadaan ini menekankan urgensi untuk mengatasi masalah perdagangan dan eksploitasi perempuan di industri film porno Jepang.

2. Banyaknya Pelecehan yang Dirasakan Para Pemeran Porno

Para pemeran dalam video porno sering kali menjadi korban pelecehan. Banyak laporan pelecehan yang diterima oleh pihak kepolisian seringkali tidak ditanggapi mengingat profesi pemeran tersebut. Mereka juga harus menghadapi stigma sosial yang mungkin akan melekat seumur hidup.

Seorang mantan pemeran JAV, Emiri, mengungkapkan pengalaman mirisnya dalam channel YouTube AsianBoss, mengisahkan bagaimana keluarganya menolaknya dan bagaimana ia mengalami stres yang berkepanjangan. 

Baca Juga : Apakah Nonton Video Porno Membatalkan Puasa?

3. Menyumbang Pendapatan Negara

Ironisnya, industri film porno yang penuh dengan kontroversi ini menjadi salah satu kontributor pendapatan negara yang signifikan. Menurut seorang pakar ekonomi, Takashi Kadokura, industri ini menghasilkan puluhan triliun rupiah per tahun untuk pemerintah, yang diistilahkannya sebagai "sexnomics". Ini mencerminkan kontradiksi yang terjadi antara eksploitasi pemeran dan kontribusi finansial industri ini kepada negara.

4, Risiko Penyakit Menular Seksual

Kehidupan aktor dan aktris dalam industri ini erat kaitannya dengan risiko tinggi penyakit menular seksual, dari HIV, Herpes, hingga Gonore. Dr. Sharon Mitchell, pendiri Adult Industry Medical Healthcare Foundation, menyatakan bahwa sebanyak 66% pemain film dewasa mengidap herpes, dan 7% terinfeksi HIV/AIDS. Bahkan, beberapa di antara mereka telah meninggal akibat penyakit-penyakit ini.

Dengan mengetahui fakta miris ini, adalah tugas kita bersama untuk mengambil tindakan. Edukasi masyarakat mengenai realitas industri film porno, advokasi untuk perubahan hukum, dan dukungan terhadap korban adalah langkah-langkah penting yang harus diambil untuk mengakhiri siklus eksploitasi ini. Masyarakat perlu diajak untuk lebih kritis dan mempertanyakan etika konsumsi video porno dan mendorong transparansi dalam industri ini.

Baca Juga : 10 Alasan Cewek Nonton Video Porno, Penasaran Dunia Mr.P