Fahd A Rafiq: Tidak Ada Kata Terlambat Membangun Perdamaian Dunia

Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq menegaskan bahwa tidak akan pernah ada kata terlambat untuk membangun perdamaian dunia.

Fahd A Rafiq: Tidak Ada Kata Terlambat Membangun Perdamaian Dunia
Fahd A Rafiq: Tidak Ada Kata Terlambat Membangun Perdamaian Dunia. Gambar : Pixabay.com/Dok. Geralt

Ahmad Sofyan (Kontributor) - Indonesia menjadi negara Netral dan poros tengah akan konflik yang sedang berkecamuk di global, khususnya di kawasan eropa Timur.  logisnya Indonesia tidak memihak negara manapun yang berperang akan tetapi war dalam bidang apapun ujungnya akan menimbulkan pertumpahan darah yang secara langsung akan mengurangi populasi manusia, Ucap Fahd A Rafiq pada Kamis, (26/1) di Jakarta. 

Fahd A Rafiq mengatakan, fakta mencatat karena perang telah memakan 120 juta nyawa manusia di 75 negara. Perang dunia I dengan memakan 18 juta orang, pemberontakan Taiping 20 juta orang, penaklukan Dinasti Qing 25 juta orang tewas, perang Sino Jepang II menewaskan 25 juta warga sipil, penaklukan Spanyol atas Amerika 56 juta dari total populasi 4 juta orang dan 70 juta korban tewas karena perang dunia ke II. Belum lagi perang – perang kecil pasca perang dunia ke II. Jika ditotal hampir keseluruhan manusia yang tewas karena perang dan ambisi sejak abad ke 10 bisa mencapai 500 juta jiwa nyawa manusia yang melayang.

“Tepat 75 tahun Amerika berkuasa, riak riak perang dunia ke III telah tercium yang dimulai dari Konflik Rusia Ukraina. Dari situ muncul Perang Ramalan dan statement yang masih menghiasi rubrik media Internasional terkait perang Rusia Ukraina, Pihak Rusia mengatakan bahwa Ukraina mengkhianati perjanjian Minks, apa itu perjanjian Minks?” ucapnya. 

Fahd A Rafiq kembali menjelaskan, “Perjanjian Minks upaya untuk mendamaikan gencatan senjata antara pasukan ukraina dan separatis pro rusia. Tapi perjanjian minks itu memiliki dua perspektif yang berbeda di kedua negara tersebut. Pihak Rusia meyakini bahwa perjanjian Minks memberikan otonomi khusus kepada Luhansk dan Donetsk sebelum dipersatukan kembali dengan ukraina akan tetapi rusia tetap mempertahankan pengaruhnya atas negara itu dan rusia tidak benar benar berdaulat total”.

Versi Ukraina memandang dalam perjanjian Minks sepenuhnya kedaulatan itu milik ukraina dengan kekuasaan tertentu yang diberikan kepada Luhansk dan Donetsk jadi terdapat dua sudut pandang yang berbeda disini Upaya untuk mengamankan gencatan senjata antara pasukan Pemerintah Ukraina dan separatis yang didukung Rusia di timur Ukraina. 

Fahd A Rafiq ini menambahkan kembali tentang  aksioma sederhana dalam peperangan modern yang sangat populer, disintegrasi kekuatan nuklir yang kuat selalu merupakan permainan catur dengan kematian, yang diketahui dengan tepat kapan skakmat datang, maka kiamat bagi umat manusia. 

Fahd A Rafiq menambahkan kembali soal Pihak Amerika dan NATO mengambil keuntungan dari konflik militer dan perang ini dirawat, agar Rusia bisa menghilang dari bidang Politik global, karena bangsa Anglo-Saxon hobinya adalah berperang, maka sangat wajar jika benua eropa negaranya terpecah pecah karena faktor alam dan survival hidup yang sangat keras disana. Contoh Yugoslavia, Cekoslovakia, Austria – Hungaria, Jerman Barat – Jerman Timur, dan masih banyak negara lain yang bubar di abad ke 19 dan 20. 

Sependapat dengan Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang mengatakan, Mimpi kotor orang Anglo Saxon, bagaimana memecah Rusia kedalam beberapa wilayah dan memotongnya menjadi kecil kecil seperti Yugoslavia yang terpecah belah. 

Fahd A Rafiq mengingatkan, Disisi lain Retorika Vladimir Putin itu terukur, jubir kremlin Dmitry Peskov Rusia akan menggunakan senjata Nuklir jika para pemimpin negeri Rusia menghadapi ancaman eksistensial dan integritas teritorial. 

Fahd A Rafiq menambahkan Indonesia sebagai negara poros tengah tidak henti hentinya untuk mendinginkan perang tersebut agar Rusia dan pakta pertahanan NATO tidak sampai menggunakan Nuklir berpenghulu ledak besar, perlu diketahui Bersama Negara eropa Barat yang menyerang Rusia itu ada 30 negara artinya jika hal itu terjadi maka ratusan juta manusia kembali menjadi korban itu baru perang di Eropa belum di negara lain seperti Tiongkok, Asia Timur, Timur Tengah dan daerah konflik lainnya. 

“Maka dari itu saya menegaskan  Tidak Ada Kata Terlambat membangun perdamaian Dunia dan mencegah penggunaan Nuklir untuk perang,” tutup Fahd A Rafiq. 

Penulis : Ahmad Sofyan (Bapera Pusat)