WHO Sebut Kesepian Bisa Jadi Ancaman Kesehatan Global

WHO mengumumkan kesepian sebagai ancaman kesehatan global dengan konsekuensi serius.

WHO Sebut Kesepian Bisa Jadi Ancaman Kesehatan Global
WHO Sebut Kesepian Bisa Jadi Ancaman Kesehatan Global. Gambar : Ilustrasi Kreator BaperaNews Via Canva

BaperaNews - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengumumkan bahwa kesepian menjadi ancaman kesehatan global yang berpotensi mendesak.

Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, menyampaikan peringatan ini, menekankan bahwa kesepian memiliki konsekuensi serius bagi kesehatan dan kesejahteraan.

Kesepian dapat meningkatkan risiko terkena berbagai masalah kesehatan, termasuk stroke, kecemasan, demensia, depresi, bunuh diri, dan sebagainya.

Menteri Kesehatan Amerika Serikat, Vivek Murthy, dalam laporannya yang berjudul "Our Epidemic of Loneliness and Isolation," juga mengungkapkan bahwa kesepian bukan hanya perasaan buruk tetapi dapat memicu kematian dini. Dampak kematian akibat terputusnya hubungan sosial disetarakan dengan dampak kematian akibat merokok hingga 15 batang sehari.

Menghadapi dampak serius ini, WHO telah membentuk "Komisi Hubungan Sosial" yang dipimpin oleh Murthy. Komisi ini bertujuan untuk mengatasi dan mencegah kesepian secara global.

Baca Juga : Dirundung Kesepian, Lansia Jepang Pilih Masuk Penjara

Anggotanya terdiri dari 11 aktivis dan beberapa menteri dari berbagai negara, termasuk Chido Mpemba, utusan anak muda Uni Afrika, Ralph Regenvanu, menteri perubahan iklim di Vanuatu, dan Ayuko Kato, menteri yang bertanggung jawab atas kesepian dan isolasi di Jepang.

Mpemba menyatakan bahwa kesepian merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang mempengaruhi setiap aspek kesehatan, kesejahteraan, dan pembangunan. Menurutnya, kesepian tidak mengenal batas usia dan negara. Pada orang tua, kesepian dapat meningkatkan risiko demensia sebesar 50 persen dan risiko penyakit arteri koroner atau stroke sebesar 30 persen.

Penelitian yang dipublikasi di BMJ Research Forum pada Februari 2022 juga menunjukkan bahwa antara 5-15 persen remaja di dunia mengalami kesepian. Di Afrika, 12,7 persen remaja mengalami kesepian, sedangkan di Eropa hanya sekitar 5,3 persen.

Remaja yang mengalami kesepian di lembaga pendidikan lebih mungkin untuk putus sekolah, dan dampak kesepian dapat menyebabkan masalah ekonomi yang lebih buruk karena merasa terputus dan tidak didukung dalam pekerjaan.

Mpemba menekankan perlunya mendefinisikan kembali narasi seputar kesepian, terutama bagi kelompok rentan yang terpinggirkan oleh kesenjangan digital. Masalah kesepian, menurutnya, adalah ancaman kesehatan masyarakat yang serius dan kurang dihargai.

Komisi Hubungan Sosial berupaya mencari solusi untuk mengatasi dampak kesepian, memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah ini, dan mengembangkan strategi global untuk mencegah dan mengurangi tingkat kesepian di masyarakat.

Melalui langkah-langkah ini, WHO berharap dapat menciptakan dunia yang lebih terhubung dan mendukung, di mana setiap individu dapat merasakan kesejahteraan sosial yang lebih baik.

Baca Juga : Kasus Mati Kesepian Menyebar Di Korea Selatan, Apa Itu Fenomena Godoksa?