Kasus Mati Kesepian Menyebar Di Korea Selatan, Apa Itu Fenomena Godoksa?

Korea Selatan saat ini sedang berada di situasi genting, dimana ribuan warganya, mengalami 'mati kesepian'. Hal itu disebut Fenomena Godoksa. Apa itu Fenomena Godoksa?

Kasus Mati Kesepian Menyebar Di Korea Selatan, Apa Itu Fenomena Godoksa?
Kasus mati kesepian menyebar di Korea Selatan. Gambar : REUTERS/Kim Hong-Ji

BaperaNews - Korea Selatan saat ini sedang dalam keadaan genting mengenai 'Mati Kesepian', di mana ribuan warganya, kebanyakan pria berumur tanpa pasangan, terisolasi dan meninggal sendirian setiap tahun.

Keadaan tersebut semakin terlihat memperihatinkan sebab mereka yang 'Mati Kesepian' pun baru ditemukan beberapa hari atau berminggu-minggu setelah kematiannya.

Adapun para pria di Korea Selatan yang meninggal karena kesepian disebut Fenomena Godoksa. Apa itu Fenomena Godoksa?

Fenomena Godoksa kerap diartikan saat warga ditemukan sudah dalam kondisi tewas dan tidak diketahui selama berhari-hari, atau bahkan berbulan-bulan. Biasanya terjadi pada orang lanjut usia yang telah lama terputus dari keluarga, kerabat, dan tetangganya.

Harusnya fenomena Godoksa ini lebih sering terjadi pada pria paruh baya. Namun, fenomena Godoksa di Korea Selatan ini lebih sering terjadi pada kelompok yang lebih muda.

Sebuah studi pemerintah baru menemukan sejumlah besar kematian kesepian terjadi di antara pria paruh baya, daripada orang tua atau wanita.

Menurut sebuah laporan yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan pada 14 Desember, jumlah kasus pria di Korea Selatan mati kesepian empat kali lebih tinggi daripada wanita.

Sekitar 500 wanita di Korea Selatan mati kesepian setiap tahun antara 2018 dan 2021, sementara lebih dari 2.000 pria di Korea Selatan mati kesepian, dengan angka terbesar mencapai 2.817 pada tahun 2021.

Baca Juga : Tak Mau Punya Anak, Orang Dewasa Di Jepang Dan Korea Alami Resesi Seks

Adapun yang menjadi penyebab mati kesepian yaitu krisis demografi negara, kesenjangan sosial, hingga kemiskinan yang menjadi lebih jelas saat masa pandemi Covid-19.

Meski mati kesepian di Korea Selatan memengaruhi orang-orang di berbagai demografi, laporan tersebut menunjukkan pria paruh baya dan lanjut usia tampak sangat berisiko.

Tercatat, jumlah pria yang berakhir mati kesepian sebanyak 5,3 kali lipat dari wanita pada 2021 atau naik dari empat kali sebelumnya.

Peneliti juga mengatakan bahwa pria-pria ini, banyak di antaranya tidak terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga, memiliki risiko lebih tinggi untuk mengabaikan diri mereka sendiri, suatu kondisi perilaku saat seseorang gagal memenuhi kebutuhan fisik dan psikologis esensialnya, yang dapat menyebabkan hingga penyakit kronis.

Orang-orang berusia 50-an dan 60-an menyumbang hingga 60% mati kesepian di Korea Selatan pada tahun lalu, dengan jumlah besar di usia 40-an dan 70-an. Sementara warga berusia 20-an dan 30-an menyumbang 6% hingga 8%.

Kesadaran akan isu ini membuat kepedulian publik atas mati kesepian meningkat dan mendorong berbagai inisiatif regional dan nasional selama bertahun-tahun.

Berbagai cara diupayakan untuk mengatasi fenomena Godoksa di Korea Selatan, seperti Pada 2018 silam, pemerintah Kota Seoul mengumumkan program pengawas lingkungan, di mana masyarakat melakukan kunjungan ke daerah yang banyak masyarakat rentan, seperti apartemen bawah tanah atau perumahan khusus.

Baca Juga : Selandia Baru Sahkan UU Larang Rokok Untuk Anak Muda