Pajero Sport Ngebut dan Pecah Ban Berujung Kecelakaan di Tol Palembang

Kecelakaan maut melibatkan mobil Pajero Sport terjadi di Tol Palembang-Indralaya akibat mobil melaju dengan kecepatan tinggi, sehingga mengalami pecah ban.

Pajero Sport Ngebut dan Pecah Ban Berujung Kecelakaan di Tol Palembang
Pajero Sport Ngebut dan Pecah Ban Berujung Kecelakaan di Tol Palembang. Gambar : Dok. Detik/Tangkapan Layar Youtube

BaperaNews - Kecelakaan maut melibatkan mobil Pajero Sport berwarna putih terjadi di Tol Palembang-Indralaya (Palindra) di Ogan Ilir (OI), Sumatera Selatan. 

Kecelakaan Pajero tersebut merenggut nyawa pengendara mobil yang dikabarkan tewas setelah kendaraannya mengalami pecah ban dan menabrak pembatas jalan di sisi kanan.

Mobil Pajero Sport itu mengalami kerusakan parah, dan pengendaranya dilaporkan meninggal dunia. Para saksi melaporkan bahwa sopir Pajero tersebut tewas usai terpental dan terkapar di badan jalan. 

Kecelakaan diduga terjadi karena mobil melaju dengan kecepatan tinggi, sehingga saat mengalami pecah ban belakang, sopir kehilangan kendali dan menabrak pembatasan jalan di sebelah kanan.

Kanit PJR Ditlantas Polda Sumsel ruas Tol Palembang-Indralaya (Palindra), Iptu Rudi Suwarman, menyampaikan dugaan bahwa kecelakaan Pajero ini disebabkan oleh mobil yang ngebut dan mengalami pecah ban di bagian belakang. 

Iptu Rudi Suwarman menyatakan, "Diduga mobil itu ngebut dan pecah ban bagian belakang kemudian hilang kendali dan menabrak median masih yang berada di tengah jalan (sisi kanan pengendara)."

Praktisi keselamatan berkendara, Sony Susmana, Direktur Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), memberikan perspektif terkait risiko kecepatan tinggi. 

Baca Juga : Profil Masinis KA Bandung Raya yang Dinyatakan Tewas Akibat Kecelakaan

Sony mengingatkan bahwa kecepatan tinggi memiliki risiko yang tidak bisa dianggap remeh. Setiap kendaraan harus mematuhi batas kecepatan maksimal di jalan tol, yaitu 100 km/jam untuk tol luar kota dan 80 km/jam untuk tol di dalam kota.

"Ngebut itu nggak main-main, sebuah risiko besar yang diambil kadang tanpa perhitungan karena ngebut sebuah keputusan dari hasil emosi. Dan saat emosi itulah sedikit demi sedikit keselamatan terabaikan," kata Sony.

"Saat pecah ban, arah kendaraan sudah berubah dan tambah tidak terkontrol akibat kurangnya keterampilan pengemudi. Kenapa? Karena refleks yang timbul pertama adalah panik. Saat panik itulah yang (salah) dilakukan adalah injak pedal rem, setelah pedal rem diinjak maka kendaraan semakin melintir dan arah laju menuju ke sisi yang bannya pecah. Dengan lebar jalan yang hanya 12 meteran maka pasti akan membentur pembatas jalan. Bayangkan efek benturan yang terjadi," jelas Sony.

Lebih lanjut, Sony menekankan bahwa memutuskan untuk ngebut harus dipikirkan dengan matang, bukan hanya berdasarkan emosi. 

Ia juga menekankan perbedaan antara ngebut di jalan raya dengan balap, mengingat mobil balap memiliki aspek rasio ban yang tipis sehingga lebih stabil di kecepatan tinggi.

Sony juga mencatat kondisi pengemudi yang terlempar keluar dari mobil, dan meyakini bahwa sopir tersebut mungkin tidak menggunakan sabuk pengaman. "Kalau dia pakai safety belt, kecil kemungkinan terlempar keluar dari kabin," tambahnya.

Baca Juga : Begini Kesaksian Penumpang yang Selamat dari Kecelakaan Pesawat Japan Airlines