Omset Capai Rp20 Juta Perhari, Jembatan Perahu Haji Endang di Karawang Jadi Sorotan

Jembatan Perahu Ponton atau Jembatan Haji Endang di Karawang, Jawa Barat, menghasilkan omzet harian fantastis hingga Rp 20 juta. Simak selengkapnya di sini!

Omset Capai Rp20 Juta Perhari, Jembatan Perahu Haji Endang di Karawang Jadi Sorotan
Omset Capai Rp20 Juta Perhari, Jembatan Perahu Haji Endang di Karawang Jadi Sorotan. Gambar : Kompas.com/Farida

BaperaNews - Jembatan Perahu Ponton atau Jembatan Haji Endang yang menjadi mobilitas warga di Karawang, Jawa Barat, kini menjadi sorotan setelah menghasilkan omzet fantastis mencapai Rp 20 juta per hari.

Jembatan yang dimiliki oleh Muhammad Endang Juanedi (62) ini, yang membentang di Sungai Citarum, menghubungkan Desa Anggadita, Kecamatan Klari dengan Desa Parungmulya, Kecamatan Ciampel. Dengan tarif sebesar Rp2.000 bagi pengguna, jembatan perahu ini telah menjadi salah satu sarana transportasi penting bagi penduduk setempat.

Jembatan ini terdiri dari 11 perahu ponton yang dihubungkan satu sama lain dengan jarak sekitar 1,5 meter. Setiap perahu dilengkapi dengan tali pengaman dan ban pelampung di sisi-sisinya untuk antisipasi keadaan darurat. Jika terjadi kenaikan air, jembatan ini dapat diperpanjang dengan menambah satu rangkaian perahu tambahan.

Proyek pembangunan jembatan ini dimulai sejak tahun 2010, ketika seorang tokoh masyarakat dari Dusun Rumambe meminta bantuan kepada Haji Endang untuk mengatasi masalah isolasi desa akibat jalan yang buntu.

Meskipun sempat mencoba melibatkan pemerintah daerah, Haji Endang akhirnya memutuskan untuk menjalankan proyek ini sendiri atas saran dari Bupati Karawang saat itu, Dadang S. Muchtar.

Awalnya dibangun dengan bahan kayu, jembatan ini mengalami insiden karam pada tahun 2014. Setelah mengalami beberapa kali perbaikan, Haji Endang memutuskan untuk mengubah konstruksi jembatan dengan menggunakan besi alias perahu ponton.

Baca Juga: Akibat Baut Dicuri, Jembatan Cipendawa Ambles!

Meskipun membutuhkan modal besar sekitar Rp5 miliar, investasi ini terbayar dengan omzet harian mencapai Rp20 juta.

Tarif Rp 2.000 yang dikenakan kepada pengguna jembatan telah menjadi sumber pemasukan yang signifikan bagi Haji Endang. Pendapatan tersebut digunakan untuk biaya operasional sekitar Rp8 juta per hari, yang meliputi perawatan, penerangan, dan upah pekerja.

Dengan demikian, jembatan ini tidak hanya menjadi sarana transportasi, tetapi juga menciptakan lapangan kerja bagi 40 orang pekerja lokal.

Meskipun awalnya dimulai sebagai niat untuk membantu warga setempat, jembatan ini telah menjadi rute yang dilewati oleh ribuan karyawan pabrik dan warga sekitar setiap hari. Keberadaan jembatan ini juga telah mendorong pertumbuhan ekonomi di sekitarnya, dengan banyak warga yang mulai berjualan di pinggir jalan.

Baca Juga: Waduh! Pesawat Nyangkut di Jembatan, Ini Kronologinya