7 Anak Panti Asuhan Jadi Budak Seks dan Dipaksa Kerja di Tambang, Terjadi Di Sulawesi Utara

7 Anak Panti Asuhan di Sulawesi Utara jadi Budak seks dan dipaksa kerja di Tambang Emas, Pihak keluarga korban hanya pasrah!

7 Anak Panti Asuhan Jadi Budak Seks dan Dipaksa Kerja di Tambang, Terjadi Di Sulawesi Utara
Ilustrasi 7 anak Panti Asuhan jadi budak seks dan dipaksa kerja di Tambang. Gambar : pixabay.com/Dok. Saifulmulia

BapeaNews - Insiden menyedihkan terjadi pada anak-anak Panti Asuhan di Bolmong, Sulawesi Utara. Tujuh anak dari panti asuhan tersebut dipaksa jadi budak seks pengasuhnya sendiri yang berinisial FP (46).

Sejumlah anak panti asuhan ini bahkan diduga dieksploitasi dengan disuruh bekerja di tambang emas sebagai buruh bangunan.

“Menurut pengakuan anak - anak dari panti asuhan tersebut, mereka disuruh kerja dari jam 4 sore sampai jam setengah 7 pagi itu yang sebagian di bagan (keramba ikan), yang sebagian di tambang emas” ujar Kuasa hukum korban dari LBH Manado, Citra Tangkudung pada Jumat (10/9).

Ada empat korban yang baru duduk di bangku SD kelas 4 diminta jadi bagan atau keramba ikan, baik laki-laki maupun perempuan semuanya diminta bekerja.

“Kalau eksploitasi untuk kerja di tambang atau keramba itu laki - laki dan perempuan, ada yang dieksploitasi di tambang emas, disitu mereka disuruh masuk lubang tambang” tambahnya.

Citra belum mengetahui dimana lokasi tambang emas tersebut berada, pihaknya baru mendapat informasi dari korban (anak panti asuhan).

“Di daerah kota tambang emasnya, tapi kami belum pergi cek langsung, itu baru keterangan dari warga saja, tapi yang informasi valid itu pengakuan anak - anak sendiri dan keterangan itu sama di waktu yang berbeda kami ambil, ada tambang emas, ada bagan” terangnya.

Baca Juga : Fakta Terbaru Kasus Calon Pendeta Yang Cabuli dan Perkosa Anak di Bawah Umur

Anak panti asuhan tersebut juga diminta untuk menjadi buruh bangunan dimana panti asuhan tersebut sedang membangun gedung.

“Mereka juga ada pembangunan di panti asuhannya, jadi anak - anak disuruh jadi kenek bangunan, campur semen, pasir kerikil, itu anak-anak perempuan, anak-anak laki-laki juga yang SD, SMP” jelasnya.

Mirisnya, pihak keluarga yang menitipkan anaknya ke panti asuhan justru tahu akan eksploitasi tersebut namun memilih bungkam karena menjadi anggota jemaat oknum pendeta yang menjadi pengasuh panti asuhan.

“Orang tuanya tidak mampu bicara, karena mereka juga bergantung secara finansial kepada pelaku dan anggota jemaat” tuturnya.

Kasus ini sedang dalam penyelidikan pihak kepolisian, kekerasan seksual diduga dilakukan oleh oknum pendeta berinisial FP.

Namun belum diketahui bagaimana dan dimana FP melakukan kekerasan seksual pada anak - anak malang di panti asuhan tersebut.

“Kasus sedang diproses hukum dan didalami, pelaku akan ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku” tegas Kapolda Sulut Irjen Mulyatno.

Baca Juga : Beredar Surat Pernyataan Wali Santri Sebelum Masuk Gontor, Isi Perjanjiannya Jadi Sorotan!