Terkena Wabah Flu Babi Afrika, Ribuan Ternak di Sulsel Mati Mendadak

Puluhan bangkai babi ditemukan di saluran irigasi Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Simak selengkapnya!

Terkena Wabah Flu Babi Afrika, Ribuan Ternak di Sulsel Mati Mendadak
Terkena Wabah Flu Babi Afrika, Ribuan Ternak di Sulsel Mati Mendadak. Gambar : Reuters/Dok. Stringer

BaperaNews - Puluhan bangkai babi ditemukan di saluran irigasi Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Kematian massal babi secara mendadak tersebut diduga akibat penyakit menular flu babi Afrika atau ASF (African Swine Fever) yang menyebabkan kematian yang belakangan viral karena sangat menular.

Sebelumnya ASF menjangkit ternak babi di Pulau Bulan, Batam yang berdampak pada penghentian sementara ekspor babi di kawasan tersebut.

“Iya benar, ASF ialah penyakit karena virus juga, penyakit ini hanya menyerang babi” tutur Kepada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan di Sulsel, Nurlina Saking pada Sabtu (13/5). Nur menyebut kasus kematian babi secara mendadak ini sebenarnya sudah pernah terjadi di tahun 2022 di Kabupaten Gowa.

“Kasus flu Babi Afrika ini sudah ada pada November 2022 lalu di Gowa, juga di Toraja Utara. Kita lakukan pembatasan lintas ternak di daerah tertular dan kemudian kita lakukan pengobatan pada hewan yang sakit dan pengamanan pada hewan yang mati” imbuhnya.

ASF juga pernah menyerang ternak babi di Nusa Tenggara Timur pada Januari 2023 lalu sebanyak 256 ekor. 

Baca Juga : Kementan Isolasi Wilayah di Batam Usai Adanya Virus Demam Babi Afrika

“Semula hanya 253 ekor, tapi dari data per Jumat (27/1) itu jumlah babi yang mati ada 256 ekor. Ada penambahan kabupaten yang juga melaporkan sejumlah babi miliknya mati” tutur Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan NTT Melky Angsar kala itu.

Di NTT kemudian dilakukan disinfektan untuk mencegah penyebaran ASF dan mengurangi jumlah ternak babi di Sulsel mati mendadak selain memperhatikan kebersihan kandang agar tidak mudah terserang atau tertular virus.

Babi memang jarang dikonsumsi di Indonesia, ternak babi di Indonesia lebih banyak dipakai untuk ekspor ke negara lain, dengan adanya ASF ini dikhawatirkan pendapatan peternak babi bisa menurun drastis sebab itu perlu dilakukan segala langkah untuk mengatasi dan mencegah agar ASF tidak makin meluas ke daerah lain.

ASF memang tidak menyerang manusia, namun bagi babi, penyakit ini sangat mudah menular dan mudah menyebabkan kematian.

Gejala ASF pada babi meliputi demam tinggi, tidak nafsu makan, nampak depresi, diare, muntah, keguguran pada babi hamil, radang sendi, perdarahan di kulit dan organ babi serta kulit babi warnanya berubah jadi ungu. Terkadang kematian bahkan terjadi sebelum semua gejala Flu Babi Afrika ini muncul.

Baca Juga : Kemenkes Terbitkan SE Waspada KLB Flu Burung, Simak Poinnya!