Seram! Tradisi Jeres Di Balik Aksi Pengeroyokan Siswa SMA Jakarta

Aksi pengeroyokan yang melibatkan siswa junior di SMA Jakarta yang dilakukan oleh kakak kelasnya, Kak Seto menjelaskan kejadian tersebut sebagai tradisi jeres.

Seram! Tradisi Jeres Di Balik Aksi Pengeroyokan Siswa SMA Jakarta
Tradisi Jeres di balik pengeroyokan Siswa SMA Jakarta. Gambar : abc7ny.com

BaperaNews - Kasus pengeroyokan yang melibatkan siswa SMAN 70 Jakarta yang dilakukan oleh kakak kelas, kini tengah menjadi sorotan pemberitaan. Seto Mulyadi (Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia) mengungkapkan bahwa ada tradisi yang disebut sebagai jeres di balik kejadian pengeroyokan tersebut.

Hal tersebut bisa dibeberkan oleh orang yang akrab disapa Kak Seto setelah menemui para pelaku pada hari Jumat, 8 Juli 2022 di Polres Metro Jakarta Selatan.

Kak Seto menjelaskan lebih lanjut bahwa tradisi jeres adalah aktivitas yang dijadikan sebagai ajang kumpul-kumpul oleh para adik kelas dengan keanggotaan 20 orang.

Perjanjian yang dibuat adalah jika jumlah personel tak bisa dipenuhi, maka kakak kelas akan melakukan ‘Jeres’ tersebut atau mudahnya adalah dipukuli hingga muncul lebam-lebam di sekujur tubuhnya. Inilah yang menjadi penyebab utama kasus pengeroyokan siswa SMA tersebut bisa terjadi.

“Si junior juga sudah menyampaikan komitmennya, oke boleh-boleh saja, saya menyanggupinya. Ternyata yang kumpul malah 3 orang saja. Artinya si junior (siswa) tersebut sudah berusaha untuk menepati janji dengan memenuhi komitmen untuk dipukuli jika tak tercapai, setiap diajukan pertanyaan, jawabnya ya dipukul sampai lebam-lebam” ujar Seto Mulyadi.

Menurut Kak Seto ‘Jeres’ sudah menjadi sebuah tradisi yang selalu dilakukan di SMAN 70 Jakarta. Sudah seharusnya bahwa tradisi yang cenderung mengarah ke aktivitas negatif bisa segera dihilangkan dari dunia pendidikan.

Baca Juga : Demi Konten, Remaja Nekat Membuat 2 Truk Sampah Kecelakaan

“Ini nantinya menjadi tugas dan pekerjaan rumah bagi Dinas Pendidikan agar tradisi semacam ini (bullying) bisa dihilangkan. Jadi harus bisa menciptakan lingkunga sekolah yang ramah anak, bebas dari berbagai tindakan bullying hingga jeres,” tambah Kak Seto.

“Mohon untuk segera ditangani tradisi jeres atau semacam ini agar bisa dihentikan. Tradisi jeres akan berujung pada pemukulan juga sesuatu tak bisa dipenuhi dan ditepati,” tutur Kak Seto.

Tradisi jeres atau tradisi sejenis ini tentu membuat banyak kalangan kaget, terlebih lagi diketahui sudah berlangsung lama di SMA 70 Jakarta tersebut. Peran dari pihak terdekat yakni Kepala Sekolah dan Guru menjadi jembatan utama untuk para siswa dengan segera menghentikan tradisi jeres ini atau aksi bullying.