Persaingan Tidak Sehat Bisnis Asuransi Dalam Negeri Berdampak Buruk di Masyarakat

Persaingan tidak sehat yang dilakukan bisnis asuransi dalam negeri berdampak sangat buruk di masyarakat, berikut informasi selengkapnya

Persaingan Tidak Sehat Bisnis Asuransi Dalam Negeri Berdampak Buruk di Masyarakat
Ilustrasi bisnis asuransi. Gambar : Pixabay

BaperaNews - Persaingan bisnis pada bidang asuransi kredit kian meledak di Indonesia dan menjadi banyak sorotan dari berbagai pihak karena dianggap sudah tidak sehat. Dampaknya pun dirasakan secara langsung oleh masyarakat karena menghambat pertumbuhan ekonomi khususnya pada lini bisnis dalam negeri.

Penyebab utama persaingan tidak sehat tersebut adalah besaran tarif premi yang kian merosot karena dampak banyaknya masyarakat yang mengalami kegagalan kredit sehingga berdampak luas.

Menurut penjelasan dari Nurmadi Harsa Sumarta (Pengamat Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret) memberikan penjelasan mengenai persaingan yang dianggap tidak sehat pada ruang lingkup dunia industri asuransi sehingga menimbulkan gap yang mana antara nilai premi dan resiko yang dihadapi tidak sebanding.

Di tahun ini, dunia industri asuransi kredit tengah dihadapkan dengan adanya lonjakan klaim. Namun di sisi lain terjadi penurunan pendapatan yang bersumber dari premi. Dampak pandemi covid 19 menjadi masalah utama masyarakat sehingga keberlangsungan ekonomi menjadi terhambat dan mengakibatkan kemampuan mencicil kredit menjadi menurun. Fakta ini membuat dunia industri asuransi kredit menjadi kelimpungan.

Kini banyak perusahaan asuransi kredit yang mendapatkan tekanan berat. Sementara itu ancaman kredit macet juga diprediksikan akan terus terjadi sejalan dengan kondisi ekonomi masyarakat yang belum sepenuhnya pulih. Ditambah lagi peluang pembengkakan klaim juga akan terus terjadi mengingat kredit jangka panjang yang mana polisnya telah terbit masih memiliki peluang klaim yang besar.

“Program relaksasi kredit yang dilakukan pencabutan padahal kondisi ekonomi masih belum pulih, akan menciptakan peluang besar terjadinya gagal kredit besar – besaran. Dari sinilah pembengkakan asuransi kredit akan semakin besar,” ujar Nurmadi Harsa Sumatra (Pengamat Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret).

“Solusi yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan penguatan atmosfer bisnis yang mana memperhatikan manajemen yang baik sehingga tak melakukan perang harga atau pun perebutan pangsa pasar. Beberapa perusahaan asuransi kredit yang sudah melakukan penguatan iklim bisnis antara lain seperti PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo) yang bekerjasama dengan BNI dan BTN, PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) dan PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo). Kebijakan tersebut sudah sangat tepat untuk dilakukan guna menangani kondisi yang kian buruk ini,” tambah Nurmadi Harsa Sumarta (Pengamat Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret).