Imbas Invasi Ke Ukraina, Rusia Alami Resesi

Rusia mengalami resesi tahun ini sebab produk domestik bruto (PDB) Negara tersebut turun 4% di kuartal ketiga 2022, hal tersebut terjadi juga karena imbas serangan ke Ukraina.

Imbas Invasi Ke Ukraina, Rusia Alami Resesi
Rusia alami resesi usai invasi ke Ukraina. Gambar : Unsplash.com/Dok. Klaus Wright

BaperaNews - Rusia secara resmi resesi. Hal ini disebabkan karena Produk Domestik Bruto (PDB) Negara tersebut turun 4% di kuartal ketiga 2022. The Moscow Times menginformasikan pada Kamis (17/11). Perkiraan dibuat berdasarkan estimasi dari Badan statistik Nasional, Rosstat sehari sebelumnya pada Rabu (16/11).

Resesi artinya ialah melemahnya ekonomi suatu Negara selama dua kuartal berturut-turut atau lebih dalam setahun, penurunan PDB serupa dengan kontraksi 4% di kuartal kedua akibat banyaknya sanksi internasional yang diterima Rusia terutama dari Amerika Serikat cs akibat serangannya ke Ukraina.

Resesi membuat perdagangan grosir Rusia turun 22,6% dan perdagangan ritel turun 9,1%. Namun sisi baiknya, konstruksi Rusia tetap tumbuh sebesar 6,7%, pertanian naik 6,2%. Sementara jumlah pengangguran Rusia sebanyak 3,9%.

Pada (8/11) lalu, bank sentral Rusia sempat memperkirakan PDB akan kontraksi 3,5% di tahun ini. IMF dan Bank Dunia juga memperkirakan PDB Rusia akan turun 3,4 - 4,5%.

Rusia terakhir kali mengalami resesi pada akhir tahun 2020 lalu dan awal 2021 ketika dunia sedang dilanda pandemi Covid-19 untuk pertama kali, ekonomi Rusia saat itu menurun. Namun, seiring dengan berkurangnya kasus Covid-19, ekonomi Rusia kembali naik pada awal tahun 2022 dan PDB meningkat 3,5%.

Baca Juga : Indonesia Dan 143 Anggota PBB Kecam Rusia, Usai Caplok 4 Wilayah Ukraina

Namun, adanya serangan Negara tersebut ke Ukraina, membuat sejumlah Negara barat AS cs memberikan sanksi. Terjadilah penghentian impor dan ekspor, staf kurang, juga pasokan suku cadang berkurang, membuat ekonomi Rusia terbebani.

Usai Rusia mendapatkan sanksi barat, bank Rusia menaikkan suku bunga dari 9,5 % menjadi 20%, kenaikan yang begitu drastis, hal ini dilakukan untuk mencegah inflasi dan menopang rubel.

Kemudian pada Oktober 2022, bank sentral Rusia mempertahankan suku bunganya di angka 7%, ini ialah pertama kalinya sejak serangan Rusia, tingkat suku bunga tidak berubah. Gubernur Bank Rusia Elvira Nabiullina menyebut pihaknya tidak punya rencana untuk mengubah suku bunga sampai akhir tahun sampai ada tanda adaptasi ke realitas baru.

Meski mendapat sanksi barat, Rusia tetap kukuh dan berusaha untuk maju, serangan terhadap Ukraina juga tetap terjadi. Belum ada tanda negosiasi. Rusia percaya mereka bisa hidup mandiri dan tetap memiliki tempat di perdagangan dunia.

Baca Juga : Rusia Diduga Serang Polandia, Menlu Rusia Langsung Pulang Dari G20 Bali