Fahd A Rafiq: Bangsa Yang Hobi Berperang Itu Ya Kaukasia (Bule)

Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq menyebut bahwa ada sebuah bangsa yang hobi banget berperang yaitu kaum kaukasia (bule).

Fahd A Rafiq: Bangsa Yang Hobi Berperang Itu Ya Kaukasia (Bule)
Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq menyebut bahwa ada sebuah bangsa yang hobi banget berperang yaitu kaum kauskasi (bule). Gambar : Pixabay.com

BaperaNews - Ketua Umum DPP Bapera, Fahd A Rafiq menyampaikan sebuah pesan yang bermakna yaitu “Kita harus belajar dari apa yang sepuh nenek moyang kita sudah lakukan. Ada 2 peristiwa yang menyatukan Nusantara. Pertama ialah Majapahit yang tanpa perang, tetapi bisa menyatukan Nusantara, lalu yang kedua adalah kontribusi Wali Songo di Nusantara yang juga tanpa perang, namun mengajarkan spiritual dan kita menjadi bangsa yang mengenal tuhan”. 

Menaklukkan antara satu bangsa dengan bangsa yang lain merupakan sebuah cerita sejarah dari masa ke masa dan hingga detik ini. Diketahui, sejak Februari 2022 Rusia menginvasi Ukraina dan masih terus berjalan hingga kini. Hal itu pun menjadi perbincangan publik seluruh dunia. 

Terdapat sebuah sejarah tentang perang besar, dimana perang tersebut melibatkan orang untuk bertempur sejak zaman peradaban manusia. Lalu sejak 2500 tahun SM hingga saat ini jika di akumulasi hanya terdapat wilayah tertentu yang memiliki hobi untuk berperang

Apabila disimpulkan, kehidupan ini memang alamnya sangat keras. Disaat kebutuhan seperti makanan, tempat tinggal dan wilayah tersebut terganggu, perang sudah pasti akan terjadi. 

Perlu diketahui, Bangsa dan wilayah yang paling banyak berperang ialah Eropa. Apabila diakumulasi terdapat 5000 perang lebih selama kurang lebih 4500 tahun dan 65% perang itu berada di wilayah Eropa. 

“Wilayah Tiongkok (Asia Timur), Asia Barat dan Persia nomor 2 terbanyak sekitar 28%, sisanya menyebar rata (Afrika, Asia Tenggara, Amerika Latin). Anehnya perang besar di wilayah Amerika hanya beberapa kali saja, itu juga merupakan perang terbesar antar saudara di Amerika Utara,” ujar Fahd A Rafiq. 

Baca Juga : Fahd El Fouz A Rafiq Turunkan Ilmu Filosofi Mata Singa

“Kemudian ada 50 perang yang melibatkan Amerika di seluruh Dunia dalam 100 tahun terakhir di wilayah orang lain. Siapa negara top 4 berperang di wilayahnya atau ikut berperang di tempat lain atau menyerbu? Rangking 1 Prancis, rangking dua Inggris, rangking 3 adalah wilayah Nordic sampai Rusia dan no 4 adalah wilayah Jazirah Arab - Persia. Jadi mulai kebayang, apa yang terjadi di dunia ini dalam 4500 tahun sejak adanya peradaban hingga saat ini dalam urusan perang,” lanjut Fahd A Rafiq. 

Namun, secara warna kulit yang hobi berperang adalah kaum Kaukasia (Bule), wilayah dengan 4 musim membuat mereka menjadi buas, bisa dikatakan mereka sepertinya pintar akademi dan Bangsa dengan Manner atau aturan bersosial. 

Bahkan sepertinya karena kekuasaan agama di banyak wilayah tersebut penguasa tertinggi adalah para clergy atau Agamawan tidak juga mengurangi perang

Jadi ketika suatu wilayah menjadi pintar, manner dan kesannya beragama, ternyata perang tetap saja dilakukan. 

Apa peluang kita bagi bangsa Indonesia, dimana kita termasuk bangsa yang paling sedikit perangnya. Yang paling banyak di wilayah nusantara adalah perang kecil di beberapa wilayah kerajaan tua seperti salaka Domas, Kutai hingga kerajaan kerajaan yang menyebar. Dan saat ini ada tersisa 70 kesultanan. Bahkan dalam catatan sejarah Indonesia kerajaan tersebut cepat sekali berganti, bahkan ada yang kurang dari 10 tahun. Sudah hilang. 

Lalu bagaimana cara bangsa Indonesia menjadi besar kedepannya. Mempunyai peradaban dan pengendali dunia. Jadi kita harus belajar dari apa yang sepuh nenek moyang kita lakukan. Ada 2 peristiwa besar yang menyatukan Nusantara. Pertama oleh Majapahit yang tanpa perang bisa satukan Nusantara yang kedua adalah kontribusi wali songo di Nusantara yang juga tanpa perang, mengajarkan spiritual dan kita menjadi bangsa yang mengenal tuhan. 

Perang bukan budaya Nusantara, namun tetap menjadikan Nusantara bangsa penakluk penentu kendali dunia.

Baca Juga : Fahd A Rafiq Ungkap Alasan Indonesia Terjebak Dalam “Middle Income Trap”

Penulis: Ahmad Shofyan (Bapera Pusat)